ASKEP COMBUSTIO
TINJAUAN TEORITIS
Lupus Eritematosa Sistemik
A.
Pengertian
SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan
perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan
eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh. (Sumber
: http://stikep.blogspot.com)
Lupus eritematosus sistemik adalah
penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dan manifestasi klinis
bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Pada keadaan awal, sering sukar
dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan.
(arif mansjoer kapita selekta kedokteran, edisi ketiga, jilid satu, hal 568,)
LES suatu penyakit peradangan kulit
dan visera yang etiologinya belum diketahui, pada pemeriksaan darah kadang –
kadang sel dan jaringan dirusak oleh auto antibody dan komplek imun pathogen
terlihat tesirologi positif palsu untuk sifilis, test Coomb positif, protein
serum abnormal, dan factor reumatoid serum positif. (Petrus andrianto, kapita
selekta dermatovenerologi, EGC hal 97)
B.
Etiologi
Sampai saat ini penyebab LES belum
diketahui. Diduga factor genetik, infeksi, dan lingkungan yang ikut berperan
pada patofisologi LES.
Sistem imun tubuh kehilangan
kemampuan untuk membedahkan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri.
Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan anti bodi secara terus –
menerus. Anti bodi ini juga akan berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga
mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan
3. Patofisiologi
Penyakit
SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan
autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh
awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan
(cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparatantikonvulsan di
samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalampenyakit SLE-
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada
SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T
supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
C. Manifestasi Klinis
1.
Sistem Muskuloskeletal
Artralgia,
artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2.
Sistem integument
Lesi
akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang
pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum
durum.
3.
Sistem kardiak
Perikarditis
merupakan manifestasi kardiak.
4.
Sistem pernafasan
Pleuritis
atau efusi pleura.
5.
Sistem vaskuler
Inflamasi
pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan
purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah
atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6.
Sistem perkemihan
Glomerulus
renal yang biasanya terkena.
7.
Sistem saraf
Spektrum
gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit
neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
D. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang
lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam,
keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis
dan perikarditis. Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat,
trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang
positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan
diagnosis.
E. Penatalaksanaan Medis
1.
Preparat NSAID untuk mengatasi
manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal
untuk kutaneus.
2.
Obat antimalaria untuk gejal kutaneus,
muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
3.
Preparat imunosupresan (pengkelat dan
analog purion) untuk fungsi imun.
Asuhan
Keperawatan Pada Sistemisc Lupus Erythematosus
PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis
kelamin :
Status :
Tempat/
tgl lahir :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat
Suku
bangsa :
Tgl masuk
R.S :
Tgl
pengkajian :
No
Med.rec :
Diagnosa
Medis : Sistemisc
lupus erythematosus
B. Riwayat kesehatan
a)
Riwayat kesehatan sekarang:
-
Keluhan utama: Ruam eritematous,
plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher
-
Keluhan yang menyertai: mudah lelah, lemah,
nyeri, kaku, demam/panas
b)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada kemungkinan pasien terlalu lama terpajang dengan suatu
bahan yang diperkirakan menjadi pencetus LES
c)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit LES merupakan penyakit genetic
d)
Riwayat
Psikososial
e)
Riwayat
Kesehatan Spiritual.
C.
Komponen Kebutuhan dasar
1. Pernafasan
Pola pernpasan pasien megalami perubahan yaitu
adanya peningkatan frekuensi pernapasan ditandai dengan napas pendek, dangkal.
2. Istirahat dan tidur
Pola Istirahat dan Tidur pasien mengalami
perubahan karenakan adanya nyeri
3. Eliminasi
Pola eliminasi pasien tidak terjadi kelainan
4. Nutrisi
Pola nutrisis pasien mengalami gangguan
ditandai dengan adanya anoreksi, mual, muntah
5. Aktivitas
Pola aktifitas pasien mengalami gangguan
ditandai dengan adanya keletihan, mudah lelah, dan kaku pada sendi
6. Personal Higiene
Pola kebersihan diri pasien tidak mengalami
gangguan, pasien masih dapat memenuhinya tanpa bantuan orang lain
D.
Pemeriksaan fisik
1)
Keadaan
Umum :
2)
Kesadaran :
3)
TTV
,
TD :
N :cepat
R : meningkat
SB :
meningkat
4)
HEAD
TO TOE
Kepala :
plak
eritematous
Wajah :
Ruam eritematous
berbentuk kupu-kupu
Mata :
Hidung :
Telinga :
plak
eritematous
Mulut :
Lidah :
Leher :
plak
eritematous
Thorax :
Jantung :
Abdomen :
Genetalia :
Kulit :
plak eritematous dan Ruam
eritematous
Eks
Atas
: plak
eritematous
Bawah :
KLASIFIKASI
DATA :
1. DATA SUBJEKTIF : -
2. DATA OBJEKTIF :
-
Ruam
eritematous,
plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher
-
mudah lelah,
-
lemah,
-
nyeri,
-
kaku,
-
demam/panas
ANALISA
DATA
NO
|
DATA
|
DAMPAK
MASLAH
|
MASALAH
|
1.
|
Ds :
Do :
-
Terdapat
lesi pada daerah kulit
|
timbul penumpukan kompleks imun
dan kerusakan jaringan kulit
|
Gangguan Integritas kulit
|
2.
|
Ds :
Do:
-
nyeri pada daerah persendihan.
|
Nyeri
|
Nyeri
|
3.
|
Ds:
Do:
-
Gangguan persendian
-
Kelemahan
-
Mudah lelah
|
Kerusakan
mobilitas fisik
|
Kerusakan mobilitas fisik
|
4.
|
Ds :
Do :
-
Demam
|
peradangan
SB meningkat
Demam
hipertermi
|
Hipertermi
|
PERENCANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN Lupus Eritematosa Sistemik ( LES )
No
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN/
criteria hasil
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Gangguan Integritas kulit b/d
terjadinya autoimun, genetik, dan factor lingkungan ditandai dengan :
Ds :
Do :
-
Terdapat
lesi pada daerah kulit
|
Kembalinya kulit seperti semula
Dengan kriteri hasil :
Ds :
Do :
- tidak terdapat lesi
|
1. Kaji
tingkat keparahan lesi yang diaalmi paisen
2. Berikan
perawatan pada daerah lesi
3. Beri
penjelasan tentang penyakitnya
4. Dorong kepatuhan pasien terhadap program
terapinya
|
1. Mengetahui
seberapa parah lesi yang diderita pasien,
2. Dapat
memperbaiki integritas kulit pasien
3. Membuat
pasien mengerti keadaan dirinya dan mau berkerja sama dalam pengobatan
4. Dengan
adanya kepatuhan pasien dalam program terapi dapat mempercepat penyembuhan
pasien
|
2.
|
Kerusakan
mobilisasi fisk berhubungan dengan
Peningkatan
aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
Ditandai dengan :
Ds
:
Do
:
-
Gangguan persendian
-
Kelemahan
-
Mudah lelah
|
Mobilisasi pasien kembali normal
dengan criteria hasil,
Ds :
Do :
-
Kelemahan berkurang
-
Mudah letih berkurang
|
1.
Kaji tingkat ketergantungan pasien.
2.
Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi
dari makanan
3.
Beri penjelasan tentang keletihan
4.
Berikan latihan Rentang gerak pada pasien
|
1.
Mengetahui seberapa besar tingkat ketergantungan
pasien
2.
Dengan nutrisi yang baik, kelemahan pasien dapat
teratasi berkat energy yang terpenuhi
3.
Membantu pasien untuk termotivasi dalam mengikuti
terapi
4.
Dengan latihan yang teratu dapt memperbaiki
mobilisasi pasien
|
3.
|
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan
jaringan. Ditandai dengan :
Ds :
Do :
-
nyeri
pada daerah persendihan.
|
Nyeri hilang setelah diberikan
tindakan keperawatan, dengan kriteri hasil,
Ds :
Do :
-
nyeri hilang
|
1.
Kaji skala nyeri
2.
Observasi TTV
3.
Berikan tindakan
relaksasi jika diperlukan
4.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic
|
1.
Mengetahui skala nyeri pasien
2.
Perubahan TTV
pasien dapat menunjukan indikasi adnya nyeri yang dialami pasien
3.
Dengan tindakan
relaksasi dapat mengurangi nyeri pasien
4.
Mengetahui dosis dan pemberian analgesic yang
tepat, apabila nyeri sudah tidak dapat diatasi oleh pasiendan tindakan
mandiri perawat
|
4.
|
Hipertermi berhubungan dengan adanya
proses peradangan . ditandai dengan
Ds :
Do :
-
Demam
|
Suhu tubuh pasien kembali normal
setelah diberikan tindakan keperawatan, dengan criteria hasil :
Ds :
Do :
-
Suhu bdan normal
-
Demam hilang
|
1.
Obsevasi TTV
2.
Observasi suhu pasien tiap 3 jam
3.
Berikan kompres pada dahi
4.
Anjurkan pasien untuk memakai pakian yang menyerap
air.
5.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antipiuretik
|
1.
Mengetahui keadaan umum pasien, Perubahan TTV
menandakan adanya kelainan pada diri pasien
2.
Megetahui perubahan suhu pasien
3.
Pada dahi terletak hipotalamus yang berfungsi
mengatur suhu tubuh, dengan kompres pada dahi dapat
merangsang penurunan suhu pasien
4.
Mencegah
infeksi sekunder akibat suhu
badan yang lembab. keringat merupakan
media berkembangnya beberapa jenis bakteri dan jamur
5.
Mengetahu
i dosis dan pemberian obat
|
No comments: