ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
1)
KONSEP DASAR PENYAKIT
1.
Definisi / Pengertian
·
Pneumonia adalah suatu
peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli
oleh eksudat ( Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan).
·
Pneumonia adalah radang paru-paru
yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab seperti bakteri, virus, jamur
dan benda asing ( Kapita Selekta Kedokteran edisi kedua).
·
Pneumonia adalah peradangan
yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 edisi ketiga).
2.
Epidemiologi / Insiden Kasus
Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak terjadi
pada usia yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat terinfeksi oleh
pathogen yang berbeda, yang mempengaruhi dalam penetapan diagnosa dan terapi.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru
praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi dimasyarakat
(pneumonia komunitas / PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia nosokomial/
PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial di ICU
lebih sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu
sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok
pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU akibat
PN.
3.
Penyebab / Etiologi
Virus : virus
influenza.
Bakteri : Streptokokus
pneumonia, Streptokokus aureus, Hemofilus influenza, Stafilokokus, Pneumokokus.
Jamur :
Pseudomonas, Candida albican.
Aspirasi : makanan
atau benda asing.
4.
Patofisiologi
Adanya etiologi
seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara,
aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga
membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul
panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan
cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang
menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga
menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat
(konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran
respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan
diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume cairan, Nyeri
(akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan
jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan
intoleransi aktivitas.
5.
Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1) Klasifikasi klinis
·
Klasifikasi tradisional,
meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a.
Pneumonia tipikal, bercirikan
tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik antara lain awitan yg akut dgn gambaran
radiologist berupa opasitas lobus, disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama
S. pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, H. influenzae.
b.
Pneumonia atipikal, ditandai
dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat dgn gambaran infiltrate paru
bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme atipikal dan termasuk Mycoplasma
pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.
·
Klasifikasi berdasarkan factor
lingkungan dan penjamu, dibagi atas :
a.
Pneumonia komunitas à sporadis atau endemic, muda dan orang tua
b.
Pneumonia nosokomial à didahului oleh perawatan di RS
c.
Pneumonia rekurens à mempunyai dasar penyakit paru kronik
d.
Pneumonia aspirasi à alkoholik, usia tua
e.
Pneumonia pd gangguan imun à pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
·
Sindrom klinis, dibagi atas :
a.
Pneumonia bacterial, memberikan
gambaran klinis pneumonia yang akut dgn konsolidasi paru, dapat berupa :
-
Pneumonia bacterial atipikal
yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia
lobar
-
Pneumonia bacterial tipe
campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu perjalanan penyakit lebih
ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi paru. Biasanya pada pasien
penyakit kronik
b.
Pneumonia non bacterial
Dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae.
2)
Klasifikasi berdasarkan
etiologi, dibagi atas :
a.
Bakterial : Streptokokus
pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza, Klebsiella,dll
b.
Non bacterial : tuberculosis,
virus, fungi, dan parasit
WOC
6.
Gejala klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe
kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
o
Dispnoe
o
Hemoptisis
o
Nyeri dada
o
Takipnea
o
Demam, menggigil
o
Malaise
o
Kepala pusing
o
Batuk produktif berupa sputum
o
Peningkatan suhu tubuh
o
Hipoksemia
7.
Pemeriksaan Fisik :
Dari hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi
paru berupa perkusi paru pekak, auskultasi terdapat ronchi nyaring dan suara
pernapasan bronchial, inspirasi rales dan terdapat penggunaan otot aksesori.
8.
Pemeriksaan diagnostik / penunjang
-
Pemeriksaan radiology (Chest
X-Ray) à teridentifikasi adanya penyebaran
(misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial),
penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
-
Pemeriksaan laboratorium (DL,
Serologi, LED) à leukositosis menunjukkan adanya
infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
-
Analisis gas darah dan Pulse
oximetry à menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan O2.
-
Pewarnaan Gram/Cultur Sputum
dan Darah à untuk mengetahui oganisme penyebab
-
Pemeriksaan fungsi paru-paru à volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas
pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
9.
Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dengan
pengarahan kepada terapi empiris, mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat
berat penyakit dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikrorganisme
penyebab infeksi mengarahkan pada pemilihan antibiotic yang tepat.
10. Penatalaksanaan Medis
·
Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien
pneumonia dengan manifestasi apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal
terhadap kuman penyebabnya.
·
Terapi suportif umum
1)
Terapi O2 untuk
mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar
pemeriksaan AGD
2)
Humidifikasi dengan nebulizer
untuk mengencerkan dahak yang kental
3)
Fisioterapi dada untuk
pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan napas dalam
4)
Pengaturan cairan: pada pasien
pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada
pneumonia bilateral
5)
Pemberian kortikosteroid,
diberikan pada fase sepsis
6)
Ventilasi mekanis : indikasi
intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten,
gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory
arrest
7)
Drainase empiema bila ada
2) KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
No
|
Data subyektif
|
Data obyektif
|
Kesimpulan
|
1
|
-
Nyeri dada
|
-
Tampak meringis
-
Px. Tanda vital : nadi
meningkat (takikardi)
|
Nyeri (akut)
|
2
|
-
Batuk bercampur sputum
|
-
Batuk produktif berupa sputum
-
Px. Fisik : perkusi pekak,
inspirasi rales, ronchi nyaring
|
Bersihan jalan napas tak efektif
|
3
|
-
Mual
-
Nafsu makan menurun
|
-
Muntah
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
4
|
-
Sulit bernafas
|
-
Tampak sesak
-
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
-
Px. Fisik : penggunaan otot
aksesori, suara nafas bronchial
|
Pola napas tak efektif
|
5
|
-
|
-
Muntah – muntah
|
Risiko kekurangan volume cairan
|
6
|
-
Badan lemas
-
Sulit bernapas
|
-
Tampak lemah
-
Tampak sesak
-
Px. Tanda vital : respirasi meningkat
|
Intoleran aktivitas
|
7
|
-
Badan panas
|
-
Tampak menggigil
-
Px. Tanda vital : suhu
meningkat
|
Hipertermi
|
8
|
-
Badan panas
|
-
Px. Tanda vital : suhu
meningkat
|
Risiko terhadap infeksi
|
9
|
-
Sering terbangun di malam
hari karena sulit bernapas dan batuk
|
-
Tampak lelah
|
Gangguan pola tidur
|
Dari data di atas rumusan masalah yang
muncul, yaitu :
1.
Nyeri akut
2.
Bersihan jalan napas tak
efektif
3.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
4.
Pola napas tak efektif
5.
Risiko kekurangan volume cairan
6.
Intoleran aktivitas
7.
Hipertermi
8.
Risiko terhadap infeksi
9.
Gangguan pola tidur
2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak
meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
2)
Bersihan jalan napas tak
efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif
berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
3)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap
mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan
muntah.
4)
Pola napas tak efektif
berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan
pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat,
px. fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.
5)
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
6)
Intoleran aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan
pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. tanda vital :
respirasi meningkat.
7)
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi
parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak menggigil,
px. tanda vital : suhu meningkat.
8)
Risiko terhadap infeksi berhubungan
dengan ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder terhadap perlengketan secret
di saluran pernapasan.
9)
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai
dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas
dan batuk, tampak lelah.
3.
Perencanaan Keperawatan
a.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1)
Bersihan jalan napas tak
efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk produktif
berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
2)
Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak
meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
3)
Pola napas tak efektif berhubungan
dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien
mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun, px.
Fisik : penggunaan otot aksesori, suara pernafasan bronchial.
4)
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap
mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun dan
muntah.
5)
Intoleran aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan
pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px. Tanda vital :
respirasi menurun.
6)
Hipertermi berhubungan dengan
inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien mengatakan badan panas, tampak
menggigil, px. Tanda vital : suhu meningkat.
7)
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan pernapasan, batuk ditandai
dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari karena sulit bernapas
dan batuk, tampak lelah.
8)
Risiko terhadap infeksi berhubungan
dengan ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder terhadap perlengketan secret
di saluran pernapasan.
9)
Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
b.
Rencana Tindakan
1)
Dx I
Kriteria
tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
Rencana tindakan :
a.
Kaji frekuensi/kedalaman
pernapasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea,
pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada
dan atau cairan paru.
b.
Auskultasi area paru, catat
area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas krakels
Rasional : penurunan
aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krakels terdengar
sebagai respon terhadap pengumpulan cairan, secret.
c.
Berikan minum air hangat
daripada air dingin
Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret.
d.
Kolaborasi pemberian mukolitik,
ekspektoran
Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
2)
Dx 2
Kriteria
tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a.
Tentukan karakteristik nyeri,
misal : tajam, ditusuk, konstan
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam
beberapa derajat dalam pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis.
b.
Pantau tanda vital
Rasional : perubahan
frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri
c.
Berikan tindakan nyaman, misal
: relaksasi, pijatan punggung
Rasional : tindakan non analgesikdiberikan
dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek
terapi analgesic.
d.
Kolaborasi dalam pemberian
analgesik
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.
3)
Dx 3
Kriteria
tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
a.
Kaji frekuensi, kedalaman
bernapas
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b.
Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi
(adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
c.
Pantau tanda vital
Rasional :
abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
d.
Kolaborasi pemberian O2 sesuai
indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
4)
Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan
peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :
a.
Identifikasi faktor yang
menimbulkan mual muntah
Rasional : pilihan intervensi
tergantung pada faktor penyebab masalah.
b.
Auskultasi bunyi usus
Rasional : bunyi
usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
c.
Beri makan porsi kecil tapi
sering, termasuk makanan yang menarik untuk pasien
Rasional : tindakan ini dapat
meningkatkan nafsu makan meskipun lambat untuk kembali.
d.
Kolaborasi pemberian antiemetik
Rasional : diharapkan mampu mencegah
muntah
5)
Dx 5
Kriteria tujuan : menunjukkan
peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Rencana tindakan :
a.
Evaluasi respon pasien terhadap
aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
b.
Berikan lingkungan tenang dan
batasi pengunjung selama fase akut ssi indikasi
Rasional : menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c.
Bantu aktivitas perawatan diri
yang diperlukan
Rasional :
meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6)
Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu
dlm batas normal
Rencana
tindakan :
a.
Pantau suhu pasien
Rasional : suhu 38,9 oC-41,1 oC
menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b.
Beri kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
c.
Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : diharapkan dapat
membantu menurunkan demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
7)
Dx 7
Kriteria
tujuan : Pola tidur pasien adekuat
Rencana
tindakan :
a.
Tentukan kebiasaan tidur
biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : mengkaji perlunya
dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
b.
Beri tempat tidur yang nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan psikologis
c.
Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur
d.
Dorong posisi nyaman, Bantu
dalam mengubah posisi
Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan
istirahat
8)
Dx 8
Kriteria
tujuan : infeksi tidak terjadi
Rencana
tindakan
a.
Pantau tanda vital, khususnya
selama awal terapi
Rasional : selama periode waktu ini,
potensial komplikasi dapat terjadi.
b.
Ubah posisi dengan sering dan
berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran,
pembersihan infeksi.
c.
Batasi pengunjung sesuai
indikasi
Rasional : menurunkan pemaajanan
terhadap pathogen infeksi lain.
d.
Kolaborasi pemberian
antimikrobial sesuai hasil kultur sputum/darah
Rasional : digunakan untuk membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia.
9)
Dx 9
Kriteria
tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat
Rencana
tindakan
a.
Kaji perubahan tanda vital
Rasional : peningkatan suhu
meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi
b.
Kaji turgor kulit, kelembaban
membran mukosa
Rasional : indikator langsung kekuatan
volume cairan.
c.
Catat laporan mual muntah
Rasional : adanya gejala ini
menunjukkan masukan oral.
d.
Kolaborasi pemberian antipiretik,
antiemetik
Rasional : berguna menurunkan
kehilangan cairan.
4.
Evaluasi
1)
Menunjukkan jalan napas paten
dengan bunyi napas bersih
2)
Nyeri berkurang atau hilang
3)
Pola napas pasien adekuat
4)
Nafsu makan pasien meningkat
5)
Menunjukkan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas
6)
Suhu dalam batas normal
7)
Pola tidur pasien adekuat
8)
Infeksi tidak terjadi
9) Volume cairan adekuat
No comments: